Sounds

Jumat, 24 Maret 2017

Motivasi

Apasih motivasi itu?

     Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Dalam pengajaran, motivasi aspek yang sangat penting, dan ini merupakan komponen utama dari prinsip psikologi learned-centered.
Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama.

PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI
     Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Mari kita bahas empat perspektif,yaitu: behavioral, humanistis, kognitif, dan sosial.

Perspektif Behavioral
     Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid Insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan dapat menjauhkan dari perilaku yang tidak tepat.
Contoh bentuk insentif: pujian, tepuk tangan, tanda bintang, penghargaan, dll.

Perspektif Humanistis
     Perspektif Humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain).
Perspektif ini berkaitan erat denan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.

Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:

  • Fisiologis: lapar, haus, tidur
  • Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
  • Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain
  • Harga diri: menghargai diri sendiri
  • Aktualisasi diri: realisasi potensi diri.
Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow; aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.
Misalnya, bagi beberapa murid, kebutuhan kognitif mungkin lebih fundamental ketimbang kebutuhan harga diri. Murid lain mungkin memenuhi kebutuhan kognitif mereka walaupun mereka belum merasakan cinta dan rasa memiliki.

Perspektif kognitif
     Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Jadi, perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil prestasi mereka sendiri. Murid meraih prestasi tinggi bukan karena kebutuhan biologis tapi karena punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
     R. W. White (1959) mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.

Perspektif Sosial
     Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan ialah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
     Salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prstasi murid adalah persepsi mereka mengenal apakah hubungan mereka dengan guru bersifa positif atau tidak.

MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU


     Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
     Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.





Kamis, 23 Maret 2017

Perencanaan, Instruksi, dan Teknologi dalam Pendidikan

PERENCANAAN

Pertama kita akan mendeskripsikan apasih itu perencanaan instruksional
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. 

Perencanaan dan Instruksi Pelajaran Teacher-Centered 

Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Terdapat tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas dan menyusun taksonomi ( klasifikasi) instruksional.

Menciptakan Sasaran Behavioral. Sasaran behavioral adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian: 
  • Perilaku murid
  • Kondisi di mana perilaku terjadi
  • Kriteria kinerja
Menganalisis Tugas. Analisis tugas yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar:
  1. Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
  2. Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pulpen, kalkulator, dsb.
  3. Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
Menyusun Taksonomi Instruksional. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif, terdapat enam sasaran:
  • Pengetahuan
  • Pemahaman
  • Aplikasi
  • Analisis
  • Sintesis
  • Evaluasi
Domain afektif, terdiri dari lima saaran yang berhubungan dengan respon emosional. Masing-masing dari lima sasaran itu mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat komitmen atau intensitas emosional tertentu, yaitu:
  • Penerimaan 
  • Respon
  • Menghargai
  • Pengorganisasian
  • Menghargai karakterisasi
Domain psikomotor, sasaran psikomotor yaitu:
  • Gerak refleks
  • Gerak fundamental dasar
  • Kemampuan perseptual
  • Kemampuan fisik
  • Gerakan terlatih
  • Perilaku non-diskusif
Instruksi Langsung
          Instruksi langsung adalah pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Strategi Instruksional Teacher-Centered
  • Mengorientasikan
  • Advance organizer
  • Pengajaran, penjelasan, dan demonstrasi
  • Pertanyaan dan diskusi
  • Mastery learning (pembelajaran penguasaan materi)
  • Seatwork ("tugas dibangku kelas")
  • Pekerjaan Rumah (PR)

Perencanaan dan Instruksi Pelajaran Learned-Centered

       Intruksi dan perencanaan learned-centered adalah pada siswa, bukan guru. Persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid. 
Prinsip learner-centered yang dikembangkan oleh gugus tugas American Psychology Assocciation (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor, yaitu:
Faktor Kognitif dan Metakognitif
  • Sifat proses pembelajaran
  • Tujuan proses pembelajaran
  • Kontruksi pengetahuan
  • Pemikiran strategis
  • Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
  • Konteks pembelajaran
Faktor Motivasi dan Emosional
  • Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
  • Motivasi instrinsik untuk belajar
  • Efek motivasi terhadap usaha
Faktor Sosial dan Developmental
  • Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
  • Pengaruh sosial terhadap pembelajaran
Faktor Perbedaan Individual
  • Perbedaan  individual dalam pembelajaran
  • Pembelajaran dan diversitas
  • Standar dan penilaian

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
     
      Teknologi dalam pendidikan merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Disaat sekarang ini teknologi merupakan sarana/alat yang baik untuk memotivasi murid dan membimbing pembelajaran mereka, dan guna mempermudah mereka dalam memperluas ilmu pengetahuan. Seperti: internet, web (world wide web), website , email, dsb.
       International Society for Technology in Education telah menyusun standar teknologi di masa pra-taman kanak-kanak sampai grade 2, grade 3 sampai 5, grade 6 sampai 8, dan grade 9 sampai 12. Standar ini bervariasi mulai dari perangkat input dan output (seperti mouse dan printer) saat murid sudah selesai grade 2 hingga murid mampu menggunakan sumber daya informasi online secara efektif untuk memenuhi kebutuhan riset, komunikasi dan produktivitas pada akhir grade 12.



Minggu, 19 Maret 2017

Implikasi Tahap Perkembangan dalam Pendidikan

   A.   Masa Kanak-Kanak Awal (Prasekolah): TK dan Playgroup (2-6 tahun)


   * Fase Berpikir Egosentris
   * Masa Bermain
   * Masa Meniru
 Masa Eksplorasi, dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya kordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti orang lain.
 Tahap praoperasional pada tahapan ini simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan.   Serangkaian pertanyaan yang diajukan anak, menunjukkan perkembangan mentalnya dan mencerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak dalam penalaran.
     Tahap prakonvensional:
Tahap 1: Orientasi Hukuman
Tahap 2: Orientasi Ganjaran

IMPLIKASI MASA PRASEKOLAH DALAM PENDIDIKAN

      a.    Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.
      b.    Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
      c.    Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
      d.    Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.
      e.    Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan).

    B.   Masa Kanak-kanak Akhir : SD (6-11 tahun)

·        Sejak usia 6 tahun sampai matang secara seksual
·        Tahap Kognitif : operasional-konkrit
-         Mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian
-         Mampu mengklasifikasikan objek
-         Mampu mengkonversi jumlah dan berat
·        Tingkat perkembangan moral : Konvensional
-         Tahap 3 : orientasi “good boy/ good girl”
-         Tahap 4 : orientasi otoritas
·        Menurut Erikson : Tahap industry vs inferiority

Implikasi Tahap Ini Terhadap Pendidikan
·        Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri – ciri suatu objek. Mengkelompokan benda – benda yang sama kedalam dua atau lebih kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokan pensilnya berdasarkan warna, dan tingginya.
·        Anak suka dipuji dan mendapat pengakuan, sebaiknya guru atau orangtua memberikan pujian saat anak melakukan hal yang positif misalnya jika anak mendapat nilai yang bagus, sebaiknya guru memberikan pujian seperti mengatakan “anak pintar” agar anak terus mengulangi hal yang positif tersebut.
·        Anak sudah mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
·        Perkembangan motorik halus anak sudah berkembang yaitu perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Seperti kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
·        Kemampuan bahasa anak sudah mulai berkembang dimana anak mulai dapat belajar membaca. Pada masa ini perubahan terjadi dalam hal anak berfikir tentang kata-kata, jadi anak dapat mengembangkan bahasa nya dengan cara membaca. 
·        Anak sudah mulai matang secara intelektual maksudnya, anak telah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus-menerus, dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Misalnya anak sudah mampu belajar mengitung, yaitu dengan guru menggambarkan dengan objek atau gambar yang membuat anak lebih tertarik dan mudah mengingatnya.
·        Pada masa ini anak mempunyai ide yang lebih baik tentang jarak dari satu tempat ke tempat lain, lama waktu tempuhnya, dan dapat mengingat rute dan tanda-tanda jalan, misalnya anak dapat dipercayakan menemukan jalan pulang atau pergi dari rumah ke sekolah.
   

   C.   Masa Remaja Akhir (11/12 sampai 18/24 tahun): Tahap SMP dan Tahap SMA


    1.     Tahap SMP

Menurut Piaget :
·        Berada pada Tahap Formal Operational
 (berkisar antara 11-15 tahun)

Menurut Erik Erikson :
·        Psikososial Tahap 5
( Identitas vs kekacauan identitas )
                          
Menurut Kohlberg :
·        Tahapan Pos Konvensional

Implikasi Pendidikan:

   ·     Remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak.
   ·      Mencoba mengerjakan sebuah tugas dengan lebih logis.
   ·      Pribadi yang lebih idealistisdalam melaksanakan sesuatu.
  ·  Kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan  sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak( imajinasi).
   ·     Mereka sudah mampu berpikir secara sistematk, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi.
  ·  Kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.


Cara meningkatkan potensi belajar pada masa sekolah menegah atas;

1.   Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2.   Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum.
3.   Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut.
4.   Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.

   2.     Tahapan SMA

Perkembangan kognitif ( Jean Piaget)
·        Berada pada Tahap Formal Operational (berkisarantara 11-15 tahun dan 18-24 tahun).yaitu,remaja mampu menghasilkan cara berpikir baru yang abstrak,formal dan logis.

Perkembangan psikososial( Erik Erikson) :
·        Psikososial Tahap 5( Identitas vs kekacauan identitas ).Pada tahap ini seseorang berusaha untuk menentukan apa yang unik tentang diri mereka ,siapa diri mereka,apa kekuatan mereka dan apa peran mereka terhadap lingkungan mereka
                          
Perkembangan  moral (Kohlberg) :
·        Tahapan Pos Konvensional.yaitu seseorang menggunakan prinsip-prinsip moral yang dipandang lebih luas dibandingkan dengan masyarakat mana pun.

Perkembangan Fisik:
·        Mengarah ke bentuk orang dewasa(tinggi dan berat badan )

Perkembangan Heteroseksual:
·        Tertarik pada lawan jenis(hormon seksual aktif)

Perkembangan  Emosional
·        Emosi tidak stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak –ledak.


Implikasi  Tahapan  Perkembangan ke dalam Pendidikan

   ·        Remaja (anak SMA) berpikir dengan cara yang lebih abstrak, formal dan logis.
Implikasinya: Memberikan sebuah problem tertentu kepada seorang remaja dengan tujuan agar sang remaja dapat mengatasi ,menyelesaikan ,mengevaluasi serta mengambil pelajaran dari problem tersebut dengan kemampuan berpikir abstrak dan logis nya.

   ·        Remaja mencari identitas sejatinya
Implikasinya : Memberikan sebuah motivsasi kepada para remaja .seperti,bakat apa yang ada pada dirinya?apa yang ingin dicapai setelah lulus SMA?ingin menjadi apa di masa depan? dsb.agar sang remaja dapat mengetahui potensi apa yang ada pada diri mereka dan dapat mengembangkannya.

   ·        Remaja yang menggunakan prinsip-prinsip moral
Implikasinya:  Megadakan kegiatan bakti sosial ataupu sosialisasi,dengan tujuan agar dapat membentuk tingkat kepedulian remaja terhadap dirinya sendiri serta hubungan lingkungan sosialnya.dan juga memandang penting kesejahteraan orang lain sebagai cerminan tingkat moralitas tinggi.

   ·        Perkembangan heteroseksual
Implikasinya: Memberikan sebuah wawasan kepada remaja tentang bagaimana cara kita merespon seksual manusia(lawan jenis) menurut biologisnya, kemudian dasar biologis dari perilaku seksual,sampai dengan penyimpangan –penyimpangan seksual.
  
   ·        Perkembangan emosional
Implikasinya: Para orang tua memberikan empati dan simpati kepada anak dan membantu mereka dalam mengambil sikap dan memahami perasaan oarang lain an juga membantu anak dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah.



Kamis, 16 Maret 2017

Apasih Pembelajaran itu?

Disini kita akan membahas tentang pemebelajaran. Apasih Pembelajaran itu?

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.

Tapi tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewaarisi beberapa kemampuan-kemampuan itu sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau.


Pendekatan untuk Pembelajaran

Terdapat dua pendekatan untuk pembelajaran, diantaranya pendekatan kognitif dan behavioral.

A. Pendekatan Behavioral. 
Behaviorisme adalah pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi. Pengkondisian klasik dan operan, yang merupakan dua pandangan behavioral. Kedua pandangan ini menekan pada pembelajaran asosiatif, yaitu pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait.

Pendekatan Behavioral untuk Pembelajaran

  1. Pengkondisian Klasik 
Pengkondisian klasik adalah bentuk pembelajaran di mana stimulus netral (CS)  diasosiasikan dengan stimulus bermakna (UCS) dan menimbulkan kemampuan respon yang serupa (CR). Tokoh dari pengkondisian klasik ialah psikolog Rusia Ivan Pavlov.

  • Unconditioned Stimulus (UCS) adalah stimulus yang secara alami memunculka respon tanpa harus dipelajari.
  • Unconditioned Response (UCR) adalah respon yang dihasilkan dari UCS tanpa harus dipelajari.
  • Conditioned Stimulus (CS) adalah stimulus yang dibuat untuk mendapatkan respon sebagai hasil asosiasi dengan UCS.
  • Conditioned Response (CR) adalah respon yang mirip atau bahkan sama dengan UCR yang dihasilkan dari CS.
Apasih Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan?
  • Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus (CS) yang asli untuk menghasilkan respon yang sama.
  • Diskriminasi adalah proses yang terjadi ketika dua stimulus yang cukup berbeda satu sama lain dimana satu stimulus membangkitkan suatu respon terkondisi, namun stimulus lain tidak, atau kemampuan untuk membedakan dua stimulus atau lebih.
  • Pelenyapan (extinction) adalah pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditiones stimulus (UCS).
     2.  Pengkondisian Operan

Pengkondisian operan adalah bentuk pembelajaran dimana konsekunesi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilias perilaku itu akan diulangi. Tokoh dari pengkondisian operan ialah B.F Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.

Hukum efek Thorndike.
Hukum efek (law effect) menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.

Pengkondisian Operan Skinner.
          Penguatan dan hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Disini terdapat penguatan positif dan penguatan negatif.
  • Penguatan positif adalah frekuensi respon akan meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
  • Penguatan negatif adalah frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). 
Hukuman adalah konsekunesi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.


B. Pendekatan Kognitif 
Terdapat empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran, yaitu:
  1. Pendekatan kognitif sosial, yang menekankan bagaimana faktor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraaksi memengaruhi proses pembelajaran. Tokoh utama dari kognitif sosial ialah Albert Bandura yang menekankan pada self-efficacy, yaitu keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif.
  2. Pendekatan pemrosesan informasi kognitif, mentikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
  3. Pendekatan konstruktivis kognitif, menekankan konstruksi kogntif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
  4. Pendekatan konstruktivis sosial, menekankan pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.

Berikut contoh-contoh pendekatan Behavioral dan Kognitif dari teori diatas agar lebih mudah dipahami.




Senin, 06 Maret 2017

Power Point Perencanaan, Instruksi, dan Teknologi

Tugas Pendidikan dari Kelompok 8, yang beranggotakan:
1. Talenta Hutabarat      (16-005)
2. M. Ridhona Z.Nur       (16-010)
3. Wanda Pratama         (16-026)
4. Neni Tria                  (16-030)
Intan Yolanda            (16-041)
6. Santi Melisa             (16-058)




Sabtu, 04 Maret 2017

Contoh Belajar dari Pendekatan Behavioral dan Kognitif

Ada 2 pendekatan, yaitu Behavioral dan Kognitif. Dimana pendekatan Behavioral terbagi atas 2, yaitu penkondisian klasik dan pengkondisian operan. Berikut contoh-contoh belajar dari 2 pendekatan tersebut dan sebagian dari contoh adalah pengalaman pribadi😄:

Contoh Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran

           

I. -Classical Conditioning


  1.       Sebuah bunyi pistol yang awalnya merupakan stimulus netral. Ketika seorang anak mendengar bunyi pistol dan orang di hadapannya tertembak dan meninggal. Maka dia menangis setiap kali mendengar suara pistol. Jadi bunyi pistol (CS) diasosiasikan dengan orang meninggal (US) maka menangis adalah (UR) dan (CR).
  2.      Waktu masih kecil, setiap ada bunyi yang lewat dari depan rumah, saya selalu, Segera berlari keluar utk membeli bakso tusuk. Ternyata yg lewat tukang –Siomay. Sejak saat itu, lama-kelamaan saya mulai terbiasa untuk membedakan bunyi2 yg lewat dari depan rumah saya. Hingga suatu hari, walaupun banyak bunyi jualan yg lewat, saya sudah bisa mengenal bunyi bakso bakar yg lewat.
  3.      Ani sangat senang menonton film kartun. Suatu hari ibunya menyalakan TV dan memutar film kartun,Ani merasa sangat senang.Jadi, setiap kali Ani mendengar ibunya menyalakan TV Ani akan berlari dan merasa senang.
  4.      Saya termasuk penggemar dari panganan Bakso. Penjual bakso tersebut menjual dagangannya dengan cara berkeliling dengan menggunakan motor dan sebagai penanda/penarik perhatian, ada benda yang mengeluarkan sebuah bunyi. Bunyi terompet angin di letakan di dekat rem tangan motornya itu. Bunyi itu juga memiliki suara jangkauan yang lumayan besar. Nah, di saat-saat awal dulu, saya keluar dari rumah untuk membelinya hanya jika penjual bakso itu telah berada hampir di depan rumah. Namun, lama kelamaan saya terbiasa dengan bunyi yang dikeluarkan oleh penjual itu. Dan akhirnya sekarang ini hanya dengan mendengar suaranya saja saya langsung bergegas keluar rumah.
  5.       Adik saya, mulanya tidak takut dengan hal yang berbau dengan “hantu”. Atau hantu disini awalnya sebagai stimulus netral. Dahulunya ia memang tidak takut juga. Namun dikarenakan efek pengkondisisan berupa suara-suara yang menakutkan dan rupa wajah yang menakutkan juga ia lama kelamaan menjadi takut terhadap hal yang berbau hantu. Dan pada ahkirnya apabila ia ingin buang air kecil pada malam hari identik dengan kesan hantu dan segala macama nya, ia akan memilih menahan buang airnya ditoilet ditambah lagi waktunya pada malam hari.


II. -Operant Conditioning


1.   Ketika sudah tiba tahun baru, saya selalu menelepon kakek dan nenek saya dan mendapatkan pujian “anak baik” dan mendapat uang tahun baru. Sehingga saya tidak pernah melupakan untuk menelepon kakek dan nenek saya menjelang tahun baru.

2.   Suatu malam Bayu menonton televisi di kamarnya, ketika ibunya masuk ke kamarnya , ibunya mematikan televisi tersebut  dan menyuruhnya mengerjakan PR nya dan Ibunya berkata "kalau PR-mu belum siap kamu dilarang menonton televisi". Semenjak nasihat ibunya itu Bayu selalu mengerjakan PR terlebih dahulu dan setelah selesai baru Ia menonton televisi.

3.   Suatu saya masih duduk dikelas SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya dijanjikan oleh ayah saya akan dibelikan sebuah sepeda, akan tetapi ayah saya meminta persyaratan kalau janji nya itu tidak ada latar belakang nya. Latar belakang nya yaitu kalau saya harus mendapat kan prestasi yang menonjol didalam sekolah, saya harus mendapatkan ranking 5 besar supaya sepeda yang dijanjikan akan segera dibelikan, oleh karena itu saya rajin membuka buku dan belajar untuk mendapatkan sepeda tersebut. Ahkirnya pada pembagian rapot SMP saya mendapatkan rangking 5 besar dan dibelikan sepeda kepada ayah saya karena sudah dijanjikan sebelum nya.

4.   Saat saya kelas 4 SD saya pernah dimarahi guru dan dihukum lari keliling lapangan  serta membersihkan kamar mandi karena terlambat. Saya merasa tidak senang dengan hukuman yang saya terima. Keesokan harinya,saya berusaha datang lebih cepat agar tidak terlambat dan saat itu saya datang tepat waktu sehingga guru tidak marah. Jadi, karena saya tidak suka dihukum saya lebih berusaha agar tidak datang terlambat lagi ke sekolah.

5.   Pada saat saya masih berada di bangku seolah kelas  dua  SMA, suatu waktu saya lupa membawa Kamus Bahasa Inggris. Tetapi, kemudian pada pertemuan berikutnya, saya selalu membawa kamus bahasa inggris.

Saya tidak membawa Kamus →  Saya tidak diizinkan berada di dalam kelas.
Pada permasalahn ini, saya terkena hukuman (punishment) untuk dapat menghilangkan perilaku saya. Hukuman ini merupakan hukuman yang diberikan dengan maksud untuk menghilangkan/memusnahkan sebuah perilaku. Maka dalam memberi punishment merupakan sikap guru saya yang tidak mengizinkan saya masuk ke dalam kelas karena saya tidak membawa buku kamus bahasa inggris.

 


III. Contoh Pendekatan Kognitif Untuk Pembelajaran


1. Rina tidak suka meminum obat walaupun ia sedang sakit. Suatu hari Rina sakit demam dimana 3 hari lagi akan diadakan UAS, karena Rina takut tidak bisa ikut ujian dan harus ikut ujian susulan Rina pun meminum obatnya walaupun ia tidak suka.

2. Anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari banyak orang yang lebih paham atau pandai dan kompeten dari diri mereka.

3. Dinda adalah seorang mahasiwa di Universitas Sumatera Utara. Dinda merupakan perokok aktif dan berat. Sebenarnya, Dinda tahu bahwa merokok tidak baik apalagi bagi kalangan wanita, resiko yang dihadapi akan sangat besar. Karena Dinda mengetahui dampak dari perilakunya dengan adanya program motivasi merokok merusak kesehatan dan dia ingin mengakhirinya, maka dia termotivasi serta berusaha keras untuk lepas dari rokok.

4. Rinda selalu bermain puzzle di gadgetnya, pada percobaan pertama Ia selalu gagal dikarenakan belum terbiasa bermain puzzel digadgetnya, setelah mencoba beberapa kali Rinda pun berhasil memenangkan permainan tersebut menggunakan beberapa strategi dengan skor yang sangat tinggi.

5. Pada suatu materi pelajaran dosen menjelaskan gambaran umum dari materi  yang berupa kumpulan dasar perhitungan dan pengertian umum, lalu yang kemudian memberikan contoh-contoh soal untuk diselesaikan dalam ukuran ataupun kurun waktu tertentu oleh masing-masing mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dalam bentuk perilaku di lapangan (kehidupan sehari-hari).