Fobia Sosial berbeda dengan Pemalu
Gangguan kecemasan sosial bukan sekadar rasa malu biasa yang sering disalahpahami oleh masyarakat luas.
Gangguan kecemasan sosial bukan sekadar rasa malu biasa yang sering disalahpahami oleh masyarakat luas.
Social anxiety disorder dapat mendatangkan malapetaka
pada kehidupan orang-orang yang menderita kondisi ini. Individu yang memiliki
gangguan kecemasan sosial, atau fobia sosial, mungkin memiliki hubungan sosial
atau romantis yang sangat terbatas, membuat mereka merasa tidak berdaya,
kesepian, bahkan terasingkan.
Kritik dari diagnosis gangguan ini
menunjukkan bahwa psikiatris dan perusahaan farmasi mempublikasikan fobia
sosial, alias gangguan kecemasan sosial, demi meningkatkan angka penjualan
obat-obatan psikotropika, terutama di kalangan anak muda. Selain itu, beberapa
memperdebatkan bahwa apakah fobia sosial hanya sekadar “medikalisasi” dari
variasi spektrum temperamen manusia.
Selain itu, individu yang memiliki fobia
sosial secara konsisten lebih mungkin untuk juga memiliki gangguan psikiatrik
lainnya di hidup mereka, seperti depresi, gangguan kepribadian (PTSD,
misalnya), atau penyalahgunaan obat terlarang, jika dibandingkan dengan
kelompok anak pemalu. Mereka yang memiliki fobia sosial juga menunjukkan
tingkat yang lebih tinggi atas ketidakmampuan bekerja di lingkungan pekerjaan
atau sekolah, atau di antara anggota keluarga atau teman sebaya. Lebih jauh
lagi, mereka lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan perawatan pertolongan
daripada anak-anak yang benar pemalu.
Singkatnya, penelitian Burstein berhasil
membuktikan bahwa fobia sosial bukan hanya sekadar rasa malu yang
disalahpahami. Sebaliknya, fobia sosial mempengaruhi sebagian kecil anak muda
dan hanya sebagian kecil dari mereka yang menganggap dirinya pemalu.
Fobia Sosial berbeda
dengan Ansos
“Ansos” adalah akronim modern yang dipopulerkan oleh
kalangan muda Indonesia, yang berasal dari kepanjangan “antisosial”. Istilah
ini sering digunakan untuk orang-orang yang dianggap penyendiri, tidak punya
teman, dan “nggak gaul”.
Ciri kepribadian introvert sering diasumsikan
sebagai sifat pemalu, fobia sosial, atau bahkan penghindaran situasi sosial.
Namun jangan salah. Banyak introvert yang bisa bersosialisasi dengan mudah;
mereka hanya lebih nyaman jika sedang tidak bersosialisasi. Sedangkan, gangguan kepribadian antisosial yang sebenarnya ditandai dengan pola
perilaku yang eksploitatif, penuh tipu muslihat, mengabaikan hukum, melanggar
hak orang lain, serta kasar (cenderung kriminal) — tanpa motif yang jelas atau
logis.
Bagi seseorang yang memiliki fobia sosial,
keterlibatan dirinya di dalam satu situasi sosial tertentu dapat mengancam
keselamatan dirinya.
Situasi ini mungkin sangat menakutkan bagi
Anda sehingga Anda mengalami kecemasan berlebihan hanya dengan memikirkan hal
itu atau berusaha sekeras mungkin untuk menghindarinya. Mereka takut akan
bertindak atau mengatakan sesuatu yang mereka pikir akan sangat memalukan,
seperti muka memerah, berkeringat, atau tampil sebagai seseorang yang tidak
kompeten (“Saya akan terlihat seperti orang bodoh”; “Suara saya akan terdengar
goyah dan saya pasti akan memalukan diri sendiri”; “orang-orang pasti berpikir
saya sangat bodoh”). Dan walaupun Anda mungkin menyadari bahwa ketakutan Anda
sedikit tidak rasional dan berlebihan, Anda tidak mampu berbuat apapun untuk
mengurangi kecemasan tersebut.
Ketakutan yang dimiliki akan situasi sosial
terkadang dapat menumpuk dan memicu serangan panik, dimana Anda merasakan
ketakutan, kepanikan, dan kecemasan yang amat luar biasa. Serangan panik biasanya hanya bertahan beberapa
menit. Anda juga dapat mengalami beberapa gejala fisik, seperti merasa
sakit/tidak enak badan/panas dingin/mual dan ingin muntah, berkeringat deras,
dan jantung berdebar kencang. Gejala-gejala ini seringnya mencapai puncak
sebelum benar-benar reda. Walaupun gejala seperti ini dapat mengkhawatirkan, mereka
tidak menyebabkan kerusakan fisik.